Opini

Opini

Opini

Mar 28, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Fadhilah Berpuasa Di Bulan Ramadhan

Oleh: Abdur Rauf *

Mengawali tulisan ini, terlebih dahulu saya mengajak saudara sekalian, hendaklah kita mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT. Allah SWT telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada kita untuk dapat berada di dalam bulan suci Ramadhan 1439 H yang InsyaAllah penuh berkah ini. Tentu saya juga bermohon kepada Allah SWT, semoga Allah SWT melapangkan hati kita selapang-lapangnya dalam menyambut bulan yang mulia ini, sebab kelapangan hati menjadi faktor penting dalam melakukan amal shalih. Kelapangan hati menuntun kita kepada keikhlasan dalam beramal shalih, sehingga kualitas amal yang kita kerjakan benar-benar baik. Jika seandainya hati sempit maka akan sulit merealisasikan amal shalih yang berkualitas tersebut.

Bulan Ramadhan menjadi bulan yang paling istimewa dari bulan-bulan yang lain, sebab hanya di bulan ini saja lah Allah SWT mewajibkan orang yang beriman untuk berpuasa. Sebagaimana termaktub dalam firman-Nya:

Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah/ 2: 183)

Berkaitan dengan ayat di atas, dalam Tafsir Al-Azhar Buya Hamka menerangkan bahwa jika suatu ayat didahului dengan seruan kepada orang yang beriman maka ayat itu akan mengandung suatu hal yang penting atau suatu larangan yang berat. Allah SWT telah memperhitungkan terlebih dahulu bahwa yang siap dan bersedia untuk menerima perintah-Nya itu hanya orang yang beriman. Oleh sebab itu, perintah puasa ini diserukan kepada orang yang beriman. Seandainya saja perintah puasa itu tidak dijatuhkan kepada orang yang beriman niscaya perintah itu tidak lah akan terlaksana.

Dalam bahasa Arab, puasa disebut dengan shiyam atau shaum, yang berarti menahan. Dengan demikian, puasa adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa sejak dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Imam Al-Ghazali membagi puasa menjadi tiga tingkatan. Pertama, puasanya orang awam (shaum al-‘umum), yaitu menahan perut dan kemaluan dari menunaikan syahwat. Inilah tingkatan puasa yang paling rendah. Kedua, puasa khusus (shaum al-khusus), yaitu menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki, dan seluruh anggota badan dari perbuatan-perbuatan dosa.

Tingkatan puasa ini lebih tinggi dari tingkatan shaum al-‘umum. Ketiga, puasa yang sangat khusus (shaum khusus al-khusus), yaitu berpuasanya hati dari keinginan-keinginan yang rendah dan pikiran-pikiran duniawi serta menahan hati dari segala tujuan selain Allah SWT secara totalitas. Inilah tingkatan puasa yang paling tinggi.

Saya yakin, tentu kita semua tidak ingin puasa kita hanya sekedar puasa sebagaimana halnya puasanya orang awam, hanya menahan haus dan lapar serta menjaga kemaluan dari godaan syahwat saja. Pasti kita sangat menginginkan puasa yang tingkatannya paling tinggi, atau paling tidak berada pada tingkatan kedua.

Tidak ada satupun dari kita menghendaki puasa kita menjadi sia-sia, sebab kita mengetahui bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Betapa banyak orang berpuasa namun balasan dari puasanya hanyalah lapar dan dahaga semata. Dan betapa banyak orang melakukan shalat malam (tarawih dan witir) namun balasan dari shalatnya hanyalah begadang menahan kantuk semata.” (HR. Ahmad, Abu Ya’la, Ad-Darimi, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim)

Oleh sebab itu, di bagian akhir tulisan ini, saya ingin mengemukakan keutamaan-keutamaan puasa pada bulan Ramadhan. Harapannya, dengan adanya keutamaan-keutamaan itu membuat kita lebih termotivasi untuk menjalankan ibadah puasa dengan kualiatas puasa yang terbaik. Di antara keutamaan-keutamaan itu ialah sebagai berikut:

Pertama, orang yang berpuasa mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Sebagaimana Rasulullah SAW menuturkan, “Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan hanya mengharapkan pahala kepada Allah maka diampunilah dosanya yang telah berlalu” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kedua, orang yang berpuasa dijauhkan oleh Allah SWT dari api neraka. Rasulullah SAW menuturkan, “Siapa pun yang berpuasa satu hari di jalan Allah maka wajahnya akan dijauhkan oleh Allah dari api neraka sejauh perjalanan tujuh puluh tahun” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ketiga, orang yang berpuasa akan memasuki surga lewat pintu khusus yaitu “Arrayyaan”. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya di dalam surga itu ada sebuah pintu yang dinamakan ‘Arrayyaan’. Sesungguhnya nanti pada hari Kiamat orang-orang yang berpuasa akan masuk surga lewat pintu itu, dan tidak seorang pun selain mereka yang bisa masuk lewat pintu itu, sebab penjaga pintu itu mengatakan: ‘Mana orang-orang yang puasa?’ Kemudian mereka pun berdiri, tidak ada seorang pun selain mereka yang boleh masuk lewat pintu itu. Apabila mereka telah masuk surga semua maka pintu itu ditutup karena tidak ada seorang pun yang masuk lewat pintu tersebut sesudah mereka” (HR. Bukhari dan Muslim).

Semoga Ramadhan kali ini membawa keberkahan untuk kita dan kita termasuk ke dalam golongan hamba-hamba Allah SWT yang bertakwa, sebagaimana yang telah dituturkan-Nya di ujung QS. Al-Baqarah/ 2: 183, “la’allakum tattaquun” supaya kamu menjadi orang yang bertakwa. Aamiin Ya Rabbal’alamin

Wallahu a’lam bishshawaab
Yogyakarta, 1 Ramadhan 1439 H/ 17 Mei 2018 M


*Penulis adalah Alumni FAI UAD dan Anggota Komunitas Literasi Janasoe

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here