Opini

Opini

Opini

Mar 29, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Optimis Dalam Hidup adalah Keharusan

Oleh: Eko Harianto*

Optimis merupakan sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal serta cenderung mengharapkan hasil yang menyenangkan. Sikap optimis juga dapat diartikan berpikir positif atau positive thinking. Jadi, optimisme lebih merupakan cara berpikir. Lawan dari optimis adalah pesimis. Dalam Islam sikap optimis hampir sepadan dengan kata husnudzan.

Setiap diri manusia tentu memiliki sikap optimis dalam dirinya. Optimis adalah wujud keyakinan hamba kepada RabbNya, sebagai hamba Allah SWT kita tidak boleh merasa rendah diri karena kita punya Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu dan juga Maha Pemberi. Kita diperintahkan oleh Allah SWT untuk menjaga diri kita masing-masing secara optimal untuk mencapai keridlaan Allah SWT melalui sunnatullah yang baik. Semata-mata untuk bekal kita menghadap Sang Khalik, Sang Kekasih abadi di negeri akhirat kelak.

Orang yang mempunyai jiwa optimis meyakini bahwa masa depan harus lebih baik, lebih cerah dan lebih indah. Allah SWT akan memberikan kepada seorang hamba sesuai dengan prasangka hambaNya. Jika seseorang tidak percaya pada dirinya sendiri, merasa tidak mampu, selalu ragu-ragu, maka kemungkinan besar itulah yang akan terjadi. Akan tetapi, jika yakin bisa dan mau mencoba dengan usaha yang optimal maka inshaa Allah dengan pertolongan Allah SWT kita akan bisa mencapai hasil yang terbaik, bahkan kadang-kadang terasa tidak masuk akal sebelumnya. Ketika alam pikiran mengatakan kita tidak mampu maka seluruh organ-organ tubuh juga akan merespon sama.

Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an Surat Al-Hasyr ayat 18 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaknya setiap orang memikirkan apa yang dipersiapkan untuk hari esok dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Also Read Petuah Simbah

Orang yang memikirkan untuk hari esok akan selalu mengisi hidup ini dengan sungguh-sungguh, mematuhi kaidah kebenaran sehingga dia akan mencapai kemantapan pribadi, rasa optimis masa depan dengan penuh harapan.

Allah SWT juga berfirman dalam al-Qur’an Surat Al-Hujuraat ayat 15 yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang
percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak
ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka
pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.”
(QS. Al
Hujuraat: 15)

Orang bijak pernah berkata bahwa ada dua hari dalam hidup ini yang sama sekali tak perlu anda khawatirkan, pertama: hari kemarin. Anda tak bisa  mengubah apa pun yang telah terjadi. Anda tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan. Anda tak mungkin lagi menghapus kesalahan; dan mengulangi kegembiraan yang anda rasakan kemarin. Biarkan hari kemarin lewat; lepaskan saja.

Kedua: hari esok. Hingga mentari esok hari terbit, anda tak tahu apa yang akan terjadi. Anda tak bisa melakukan apa-apa esok hari. Anda tak mungkin sedih atau ceria di esok hari. Esok hari belum tiba; biarkan saja. Yang tersisa kini hanyalah hari ini. Pintu masa lalu telah tertutup; pintu masa depan pun belum tiba. Pusatkan saja diri anda untuk hari ini. Anda dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini bila anda mampu memaafkan hari kemarin dan melepaskan ketakutan akan esok hari. Hiduplah hari ini. Karena, masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran yang rumit. Hiduplah apa adanya. Karena yang ada hanyalah hari ini; hari ini yang abadi.

Dengan sikap optimis, seseorang akan bersemangat dalam menjalani kehidupan, baik demi kehidupan di dunia maupun dalam menghadapi kehidupan akhirat kelak. Allah SWT berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 139: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”. (QS. Ali Imran [3]: 139)

Nabi Muhammad Saw. menyatakan : “Dari Abu Hurairah ia berkata, telah bersabda Rasulullah Saw.; ‘Mukmin yang kuat akan lebih baik dan lebih disukai oleh Allah daripada mukmin yang lemah, tetapi di tiap-tiap (seorang mukmin) itu ada kebaikan, milikilah keinginan (optimis) kepada apa-apa yang memberi manfaat’.(HR Bukhari)

Abdullah bin Amru ra. berkata: Bersabda Rasulullah Saw.; “Sesungguhnya beruntung orang yang masuk Islam dan rizqinya cukup dan merasa cukup dengan apa-apa yang telah Allah berikan kepadanya”. (HR. Muslim)

Sikap optimis merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap manusia, khususnya bagi seorang Muslim. Karena dengan optimis, seorang Muslim akan lebih baik dan lebih disukai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Seorang Muslim akan selalu bersusah payah semaksimal mungkin mencapai cita-citanya dengan penuh keiklasan karena Allah, tanpa sedikitpun rasa takut dan khawatir akan mengalami kegagalan.

Sewaktu mengalami kegagalan atau tidak dapat menggapai yang diinginkannya, bagaimana perasaan seorang optimis? Seorang yang berpikir positif atau berpikir secara optimis tidak menganggap hal tersebut bersifat permanen. Bukan berarti bahwa enggan menerima kenyataan. Sebaliknya, ia menerima dan memeriksa masalahnya. Namun, apabila usaha yang dilakukannya telah maksimal, maka ia pun rela menerima dan cukup dengan apa yang telah dimiliki.

Allah SWT akan memberikan kepada manusia sesuai dengan persangkaan hambaNya. Jika seseorang sudah tidak percaya pada dirinya sendiri, merasa tidak mampu, selalu ragu-ragu, maka kemungkinan besar itulah yang akan terjadi. Akan tetapi jika kita yakin kita bisa dan mau mencoba dengan usaha yang optimal maka dengan pertolongan Allah kita bisa mencapai hasil yang terbaik, bahkan kadang-kadang terasa tidak masuk akal sebelumnya. Ketika alam pikir kita mengatakan kita tidak mampu maka seluruh organ-organ tubuh kita juga akan merespon sama.


*Penulis adalah Mahasiswa Doktoral PPI UMY

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here