Islam

Islam

MediaMU.COM

Mar 19, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Moral Profetis Ramadhan

Oleh : Muhammad Wiharto,S.Pd.I.,S.Sy.MA[1]

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ، نَحْمَدهُ ونَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَن لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ [آل عمران: 102]. ((يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُواْ اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا)) [النساء: 1]. ((يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا )) [الأحزاب: 70 – 71[.

أَمَّا بَعْدُ : وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (8) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (10)

Kaum muslimien, sidang Id rahimakumullah

Pagi ini gempita takbir, tahmid dan tahlil berkumandang di segenap pelosok negeri dan penjuru dunia. Sungguh pada pagi ini kita dianjurkan Allah untuk memperbanyak takbir, mengagungkan asma Allah swt sebagai ungkapan syukur kepada-Nya, setelah selama satu bulan kita melaksanakan amaliah-amalaiah ramadhan yang semua itu kita peruntukkan Allah subhanahu wata’ala.

Allahu Akbar, Allahu akbar, wa lillahi al hamdu, jama’ah yang dirahmati Allah,

Moral Profetis  Ramadhan

Ramadhan, dengan segala aktifitas didalamnya, mengajarkan suatu bentuk tarbiyah (pendidikan) yang komprehensif dan simultan, mencakup aspek jasmaniah dan ruhiyah. Madrasah Ramadhan memberikan pembelajaran kepada manusia mu’min agar menemukan kembali ke-sejati-an akan ke-diri-annya yakni muttaqien. Kesejatian dan kedirian dalam arti bahwa manusia sesungguhnya mahluk yang fithrah (bersih, suci, dan memiliki potensi dominasi yang positif dan hanief). Hanief dalam konteks ini adalah bahwa manusia sesungguhnya memiliki akar keyakinan yang lurus yang dikenal dengan ‘keyakinan tauhid’ sejak dari awal penciptaannya. Sebagaimana informasi kitab suci al Qur’an ketika Allah swt membuka dialog dan bertanya kepada para arwah dil lauh mahfudz dulu: “Alastu birabbikum, qooluu balaa syahidna ” “bukankah Aku ini Tuhan kalian, maka mereka (para ruh) menjawab: yaa, kami menyaksikan bahwa Engkau (Ya Allah) Tuhan kami(Qs al A’raaf  (7)  : 172)

Namun suatu saat, ketika manusia menjalani hidup dalam kehidupannya, dan ketika manusia bersentuhan dengan dunia (komunitasnya) dimana ia harus beradaptasi dan hidup yang penuh dinamika. ia mengalami distorsi sifat, karakter, perangai dan moralitasnya. Karenanya Rasulullah saw, pernah menginformasikan akan hal itu dalam sabdanya : “kullu mauluudin yuladu ‘ala al fitrah fa abawahu yuhawidanihi, au yunashoronihi au yumajjisanihi” (HR.al Bukhori wa Muslim) – setiap bayi yang terlahir dalam keadaan fitrah, dan kedua orang tuanya yang mewarnai keyakinan dan karakternya sampai ia dewasa-

Manusia, ketika ia bergumul dalam kehidupannya. tentu, tidak bisa lepas dari tindakan yang bisa mendzalimi pada dirinya, ataupun pada orang lain. Oleh karena itu, manusia perlu me-review kembali akan hakikat kediriannya dalam mengarungi kehidupan dunianya. kendati ia pada awal penciptaannya bersih dan suci sebagaimana hadits nabi diatas.

Pesan primordial yang anggun dan universal dari menantu dan saudara sepupu Nabi Muhammad saw, Ali bin Abi Tholib KW, dalam ‘NAHJUL BALAGHAH’ perlu disimak dan direnungkan dalam khutbah yang singkat ini. Intinya menegaskan bahwa sesungguhnya perilaku melebihi batas (dzalim ) terbagi atas tiga kategori:

Pertama, Kedzaliman yang terampuni oleh Allah swt yaitu berupa dosa-dosa ringan asalkan sering beristighfar bagi pelakunya. Insya allah dengan sifat rahman dan rahiemnya Allah akan mudah mema’afkan dosa-dosa manusia selagi tidak berbuat dosa besar seperti membunuh, berzina, dan murtad dari Islam.

Kedua, Kedzaliman yang terampuni oleh Allah swt, namun membutuhkan prasyarat setelah terlebih dahulu mendapatkan perma’aafan dari sesama manusia sebagaimana Hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah, yang menjelaskan tentang orang yang Muflis yaitu orang yang bangkrut atau pailit (pailo:jawa). Disebabkan kedzaliman didunia menyebabkan seluruh pahala ibadah mahdhahnya habis untuk menebus kesalahan akibat kedzalimannya itu, sehingga pahala kebaikan menjadi minus dan kemudian ia dimasukkan ke neraka.

Ketiga, Kedzaliman yang tidak akan terampuni Allah swt yaitu perbuatan mensekutukan Allah swt dengan lainnya (musyrik) (lihat Qs.lukman: 12). Kedzaliman  jenis ini akibat menjadikan suatu benda atau menjadikan adanya kekuatan lain yang dijadikan tempat meminta manusia selain Allah. Dan Allah tentu, amat murka ketika diduakan oleh manusia. Hal ini disebabkan perilaku musyrik itu berlawanan dengan paradigma dasar ajaran Islam bahwa laa haula walaa quwwata illa billahi (tidak ada daya dan kekuatan apapun selain kekuatan Allah). Dan ini yang menjadi dasar dalam teologi Islam dan menjadi misi utama  semua rasul-rasul Allah sejak dari nabi dan rasul pertama yakni Adam as hingga rasulullah saw, nabi terakhir nabi Muhammad saw yakni semangat meneguhkan tentang ke-esa-an Allah tidak ada duanya.

Pesan Profetis yang penting adalah tumbuhnya kesadaran silaturahiem. Idiomatik ‘silaturrahiem’ terbentuk dari dua akar kata yang berasal dari bahasa Arab yakni: shilah dan rahiem.  Kata shilah berasal dari bentukan akar kata : washola – yashilu – shiilatan yaitu bentuk masdar atau verbal noun yang berarti sambungan. Jika kita mendengar kalimat ‘menyambung’ berarti ada suatu nuansa yang putus, sehingga perlu disambung. Dari sini kita menangkap kesan adanya sesuatu yang tak tersalurkan, keruh dan kusut, yang perlu untuk di sambung dan dicerahkan (Shihab; 2001). Sedangkan kata ‘rahiem’ yang makna generiknya berarti ‘kandungan’, dalam perkembangannya mengalami perluasan makna, sehingga ia berarti keluarga atau kasih sayang. Sebab dari rahiem inilah, seorang ibu yang sedang mengandung janinnya akan mencurahkan kasih sayangnya pada bayi yang sedang dikandungnya, sampai bayi itu lahir. Sehingga kata ‘rahiem’ menjadi bermakna keluarga, sebab bayi yang sudah lahir secara pasti tumbuh menjadi anak, selanjutnya anak berubah menjadi dewasa, lantas menikah. Setelah menikah terbentuklah keluarga. Itulah kata rahiem. Dengan demikian makna silaturrahiem menjadi menyambung tali keluarga &  kekeluargaan; dari satu keluarga kepada keluarga yang lain, sehingga tercipta kasih sayang sesama kita yang pada akhirnya akan terbentuklah kesatuan ummah.

Dalam tataran makna, setidaknya silaturrahiem mengandung tiga pesan yang penting:

Pertama, adanya kekuatan ‘Afwun bi afwin’ (saling mema’afkan sesama manusia). Orang yang  memperoleh atau sukses Ramadhan tentu memiliki kelapangan hati, kemurahan sikap dan keramahan dalam setiap perilakunya. Dan pada saat puncak kejernihan hati itulah, siapapun mereka akan mudah untuk mema’afkan orang lain. Mengapa? Karena  pada maqam ini manusia bertemu dengan kesejatian dirinya (memiliki fitrah hanif)  sehingga mudah mema’afkan orang lain.

Kedua, adanya penegasan akan arti pentingnya ‘Salaamun bi salaamin’ yaitu pesan suci dan universal, saling menebarkan kedamaian dan kasih sayang sesama umat manusia.

Ketiga, penegasan ulang akan pentingnya semangat ‘Do’aun bi do’ain’ yakni kekuatan do’a yang dipanjatkan untuk saling mendo’akan dengan sesama, maka rasulullah saw mengajarkan pada kita do’a: “TAQABBALALLAHU MINNA WA MINKUM”, artinya semoga Allah swt menerima segala amal dari kita dan dari kalian semua. Subhanallah betapa indahnya ajran Islam.

Allahu Akbar, Allahu akbar, walillahi al hamdu

Cerminan Hati Ramadhan

Orang yang secara intens menjalani aktifitas Ramadhan dengan berbagai ragam kegiatan didalamnya, ia akan mendapatkan tempaan ruhiyah yang kokoh dan mapan, sehingga secara logika mereka akan mencapai maqam yang tercerahkan. Karakteristik atau ciri-ciri orang yang mendapat ‘Pencerahan Ramadhan’ (mendapatkan lail al qadar) akan memiliki sifat sebagai berikut:

Pertama, Semakin semangat dalam beribadah; baik yang bernuansa ibadah maghdhah, yang akan menghasilkan kesalehan individu: seperti sholatnya semakin on time, mudah tergerakkan hatinya untuk memberiikan infaq dan melakukan aktifitas ibadah tanpa berat, maupun ibadah yang bernuansa ghoiru maghdah yang akan melahirkan kesalehan sosial / kolektif. Seperti aktif terlibat dalam kegiatan sosial atau organisasi (Qs.adz Dzariat : 56  dan Ash shaaf:4).

Kedua, Dalam bertutur kata, dan  berbuat jauh dari ucapan dan perbuatan yang sia-sia (lagho), sedikit bicara tetapi banyak bekerja untuk diri, keluarga, dan masyarakatnya (Qs.al Mukminun :3).

Ketiga, Semakin dewasa dalam menghadapi problematika kehidupan, sanggup memenej persoalan dengan baik, karena ia tahu bahwa sesungguhnya di balik semua problematika atau persoalan hidup (ujian hidup) (Qs 2: 155) sesungguhnya Allah SWT, tengah menguji keimanan hambanya agar diketahui siapa diantara hamba-Nya itu yang terbaik amalnya dan semua itu terkandung hikmah yang besar pada setiap diri manusia (Qs.al Mulk:2).

Keempat, Adanya keterpanggilan untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya, masyarakat dan bangsanya atau aktifis da’wah. Ia akan mewakafkan dirinya (all out) dalam memperjuangkan keyakinannya ditengah tengah umat, untuk menjadi pejuang penegak kebenaran (Qs. al Baqoroh:207), dalam beraktifitas ia akan melalui organisasi yang rapi dan teratur (Qs.ash Shaf: 4), memiliki empati yang tinggi, hatinya mudah terpanggil untuk menjadi pembela agama Allah swt (Qs.Muhammad: 7). Oleh karena itu, sabda nabi Muhammad saw bisa memperkuat pada ranah ini : “Man lam yahtam bi amri al muslimien fa laisa minhum” – barang siapa yang tidak peduli dengan persoalan umat Islam, maka tidak termasuk golongan muslim”.

Persoalan yang membelit dan  dihadapi umat Islam begitu menyeruak dan banyak. seperti, potret kemiskinan, ketertinggalan, dan masih banyak yang perlu dipikirkan dan dicarikan solusinya dalam konteks kehidupan berbangsa ini. Dengan demikian, muslim yang telah selesai dalam diklat singkat pada madrasah Ramadhan akan terasah hatinya dan peka dengan kondisi saudaranya muslim yang lain.

Demikian makna pesan moral Ramadhan yang baru saja kita ltinggalkan. mudah-mudahan kita senantiasa dirahmati, dilindungi dan diberi petunjuk oleh Allah swt sehingga menjadi manusia yang meraih “hati yang ramadhan’ yaitu hati yang telah tercerahkan oleh cahaya Allah swt, hati yang fitri, kembali menjadi manusia yang otentik sekaligus generik yaitu manusia sejati yang berperilaku asli tanpa kepalsuan, tanpa topeng, tanpa kepura-puraan, tidak banyak dusta dan sekaligus memiliki etos beramal shalih yang tinggi sebagai representasi dari khalifatullah (wakil Allah) di muka bumi ini dan sanggup memakmurkan bumi Allah sesuai dengan keahlian (skill) kita masing-masing) (Qs.9: 105). Akhirnya kita hanya berharap kepada Allah swt agar bisa memperoleh hati yang Ramadhan dan sanggup menangkap moral profetis dari madrasah ramadhan tahun ini dan mendatang.

Mudah-mudahan seusai menjalani Madrasah Ramadhan ini, kita mampu membaca kelemahan dan kekurangan diri kita, dan  umat Islam ini, kemudian berani untuk bangkit menjadi umat terbaik.  Marilah kita akhiri khutbah  Id pagi ini, dengan bermunjat kepada Allah swt ;

الحمد لله رب العالمين حمدا الناعمين حمداالشاكرين حمدا يوافي نعامه ويكافؤ مزيده  ربنا لك الحمد كما ينبغي لجلا وجهك الكريم وعظيم سلطانك ,اللهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمَ وَبَارِكْ عَلَى إِمَامِنَا وَقُدْوَتِنَا محَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الله، اللّهُمَّ ارْضِ عَنْ خُلَفاَئِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَن الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلى يَوْمِ الدِّينِ، وَارْضِ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. رَبّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا، وَإِنْ لمَ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. اللّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِينَنا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتي فِيْهَا مَعَاشُنا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنا الَّتي إِلَيْهَا مَعَادُناَ، وَاجْعَل الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا في كُلّ خَيْر، وَالموتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرّ، يا رَبَّ الْعَالَمِيْن. اللّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ يا رَبَّ العَالَمِيْن! اللّهُمَّ آمِنَّا في أَوْطَانِنَا، وَأَصْلِحْ وَاحْفَظْ أَئِمَّتَنَا وَوَلاةَ أُمُورِنَا،اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللّهُمَّ وَفِّقْ الْمُسْلِمِيْنِ إِلى مَا تُحِبُّ وَتَرْضَى يا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ, رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

                               والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Pendowo asri. 14 Juni 2018_ 29 Ramadan 1439 H

[1]  M.Wiharto,S.Pd.I.,S.Sy.,M.A Divisi Perkaderan Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah & Wakil Ketua PWM DIY

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here