Opini

Opini

Opini

Mar 29, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Dakwah yang Mencerahkan Kader Muda Muhammadiyah

Ditulis oleh: Shopyan Jepri Kurniawan

Muhammadiyah sekarang berbeda dengan Muhammadiyah yang akan datang. Salah satu kutipan yang disampaikan oleh K.H. Ahmad Dahlan, disampaikan bahwa boleh kita sekolah tinggi seperti menjadi insinyur, master, guru, dokter dan lain sebagainya, tapi jangan lupa untuk kembali pada Muhammadiyah. Kutipan tersebut ditekankan oleh beliau kepada anak cucunya terdahulu. Muhammadiyah sudah memberikan banyak sumbangsih ke negara, bahkan memasuki abad kedua, Muhammadiyah selalu ikut berkontribusi dalam menyemarakkan dakwah yang mencerahkan.

Di era post truth, banyak sekali virus-virus yang mesti disaring oleh kalangan anak muda milenial zaman sekarang atau istilahnya disebutkan sebagai generasi Z. Karena di era  post truth ini, maraknya informasi hoax mengakibatkan adanya banyak pertikaian dan perdebatan. Selain ditandai dengan tersebarnya berita hoax tersebut di media sosial, era post-truth juga ditandai dengan kebimbangan media dan jurnalisme, khususnya dalam menghadapi pernyataan-pernyataan bohong dari para politisi.

Contohnya saja kasus selama pemilu presiden Amerika 2016 menjadi bukti bahwa semakin sering media menyiarkan berita-berita bohong soal Donald Trump, hal itu justru bisa membuat nama Trump semakin populer dan kebohongan-kebohongannya tersebar luas.

Jelas ini menjadi sangat mendesak apabila tidak adanya solusi yang diberikan oleh kalangan muda Muahmmadiyah. Anak panah Muhammadiyah harus bisa ikut mencerahkan dalam lahan dakwah yang sangat strategis ini. Di kalangan mahasiswa, Muhammadiyah memiliki anak panah yang sangat tepat, yaitu Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang mempunyai konsep –konsep baru dan mereka merupakan generasi Z.

Dalam menanggapi solusi dakwah yang mencerahkan ini, IMM bisa memaksimalkan potensi-potensi kalangan muda Muhammadiyah. Untuk mencapai hal tersebut, IMM bisa menggunakan pola Gerakan Jamaah Dakwah Jamaah (GJDJ).

Selain itu, gerakan literasi, dakwah mimbar, dan dakwah sosial media juga mesti digerakkan sebagai penguat sumber-sumber dakwah yang jelas dan semakin tersebarnya kebaikan serta kebenaran untuk mencapai tujuan kemaslahatan bagi umat. Gerakan literasi bisa diisi dengan menuliskan opini-opini dakwah dan catatan-catatan dakwah yang dibarengi sumber dari Alquran dan sunnah.

Begitu pula dengan dakwah mimbar dan sosial. Dakwah mimbar berarti, mahasiswa mesti menjadi mubaligh atau dai yang mampu menyampaikan kebaikan dan kebenaran di muka umum. Sementara dakwah sosial media, berarti mahasiswa mesti menyampaikan dakwah dengan desain-desain menarik disertai kutipan-kutipan dakwah yang memicu umat untuk berhijrah dan bermuhasabah.

Seperti firman Allah dalam surah Asy Syura ayat 15, yaitu memiliki arti sebagai berikut. “Karena itu, serulah (mereka beriman) dan tetaplah (beriman dan berdakwah) sebagaimana diperintahkan kepadamu (Muhammad) dan janganlah mengikuti keinginan mereka dan katakanlah, “Aku beriman kepada Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan agar berlaku adil di antara kamu. Allah Tuhan Kami dan Tuhan kamu. Bagi kami perbuatan kami dan bagi kamu perbuatan kamu. Tidak (perlu) ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah (kita) kembali.”

Maka, dengan begitu dakwah akan menghasilkan keselarasan yang anggun dan mengedepankan moral, serta melahirkan keindahan. Bukan dakwah yang melahirkan perpecahan atau perdebatan. Sebab, guna dakwah yaitu untuk menyatukan umat menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan senantiasa mencintai Allah dan Rasulnya tanpa melupakan keseimbangan duniawi dengan akhirat. Fastabiqul Khairat!

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here