Opini

Opini

Opini

Apr 25, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Mohon Maaf Mbah Ahmad Dahlan

Oleh: Izzul Muslimin

Kemarin, pada tanggal 1 Agustus 2018, ada di antara kami yang mengingatkan bahwa itu tanggal kelahiranmu. Ada yang ber-HBD mengingatmu, meskipun lebih banyak yang lupa atau bahkan tidak memperdulikannya.

Seandainya engkau bisa menyapa kami, saya yakin engkau melarang kami memperingati hari ulang tahunmu, sebagaimana pesanmu agar kami tidak membangun makammu. Bahkan, mungkin engkau pun marah ketika namamu diabadikan dalam nama gedung, ruangan, ataupun nama sebuah perguruan milik Muhammadiyah, sebagaimana peringatan kerasmu menolak membukukan gagasan dan pemikiranmu.

Saya pun sadar, jika engkau pasti tidak suka dikenang dan dipuja-puji atas semua jasa dan amal ibadahmu yang sungguh luar biasa itu. Apalagi, jika kami kemudian mengkultuskanmu.

Engkau pasti ingin agar kami hanya bertawashul kepada Nabi Muhammad SAW, sebagaimana engkau menamakan gerakan yang kau rintis Muhammadiyah. Dan, engkau pun hanya ingin agar kami memperjuangkan Islam sebagai perwujudan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla, bukan memperjuangkan Muhammadiyah karena itu hanyalah alat perjuangan.

Engkau pun mengingatkan kami agar selalu mendahulukan persatuan dan persaudaraan sebagai sesama muslim, sesama bangsa, dan sesama manusia. Bukan mengembangkan semangat ashobiyah dan hanya mendahulukan kepentingan pribadi maupun kelompok.

Maafkan kami Mbah Ahmad Dahlan, jika saat ini kami baru bisa mengenang hari lahirmu, mengagumi sepak terjangmu, dan mengikuti persyarikatanmu.

Maafkan kami, jika kami baru bisa sekadar menikmati apa yang pernah engkau rintis dahulu, dan belum berani berkorban seperti yang pernah engkau contohkan dahulu.

Maafkan kami, jika baru bisa membanggakanmu, tapi belum mampu merealisasikan apa yang menjadi harapan dan impianmu.

Maafkan kami, kalau kami baru bisa mengekor langkah-langkahmu, belum berani bergerak maju lebih ke depan.

Maafkan kami, seandainya kami masih sekadar memanfaatkan apa yang telah engkau perjuangkan dahulu, tetapi belum bisa memberikan yang terbaik yang kami mampu.

Maafkan kami, jika mungkin masih belum bisa membuatmu bangga, membuatmu tersenyum, dan membuatmu gembira…

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here