Opini

Opini

Opini

Apr 26, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Islam dan Persaudaraan

Oleh: Abdur Rauf Ya’qub*

Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Islam adalah agama perdamaian, bukan agama yang menebarkan permusuhan. Oleh sebab itu, sebagai mukmin hendaknya kita senantiasa memegang teguh nilai-nilai ke-Islam-an itu dan berusaha menghindari sikap, ucapan, maupun tindakan yang dapat memicu perselisihan dan permusuhan, apalagi di internal umat Islam itu sendiri. Sebagaimana  dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

Dan berpegang-teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercera-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali-‘Imran/ 3: 103)

Ayat di atas mengingatkan kita akan betapa pentingnya menjaga tali persaudaraan. Persaudaraan adalah nikmat terbesar yang telah dianugerahkan Allah SWT yang mesti kita syukuri. Di saat yang sama pula, Allah SWT dengan tegas mengingatkan jangan sampai kita berpecah-belah. Oleh sebab itu, supaya perpecahan tidak terjadi, hendaknya kita bersatu-padu dan berpegang teguh pada tali Allah. Dalam Tafsir Al-Azhar, Buya Hamka menerangkan bahwa yang dimaksud dengan “tali Allah” ialah Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.

Dalam konteks ke-Indonesia-an, belakangan ini, kita sering dipertontonkan dengan hal-hal yang mencederai nilai-nilai persaudaraan itu. Berseteru yang tak berkesudahan hanya karena perbedaan pandangan. Padahal sebenarnya perbedaan itu bukanlah menjadi sebab timbulnya permusuhan. Hanya saja kita yang belum dewasa dalam menyikapi perbedaan itu. Seharusnya kita menyadari bahwa perbedaan merupakan sunnatullah. Bukankah Allah SWT menciptakan kita menjadi beragam suku dan bangsa agar kita saling mengenal? Sejatinya, Allah SWT menjadikan keragaman itu supaya kita saling mengenal, bukan saling membenci dan bermusuhan.

Sungguh ironis, apalagi sesama muslim, jika kita terus-menerus berseteru. Jangan kuras energi kita untuk hal-hal seperti ini. Berhentilah membuat keonaran. Berhentilah menyulut perselisihan. Berhentilah menghujat. Berhentilah menebar kebencian. Dan berhentilah menghakimi orang secara brutal. Buanglah semua rasa benci dan dendam. Hindari pertikaian. Budayakan tabayyun agar tidak mencelakakan orang lain atau suatu golongan karena kebodohan dan kecerobohan. Insafilah bahwa kita adalah saudara. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menegaskan:

Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat/ 49: 10)

Rasulullah SAW juga mengingatkan kita bahwa:

“Orang mukmin satu dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.” (HR. Muslim)

Semestinya kita saling mencintai, saling tolong-menolong dalam kebaikan, dan saling menguatkan. Jika melihat ada saudara kita yang berselisih dan bertikai, maka kita harus menjadi juru damainya, bukan malah memperkeruh keadaan. Bagaiamana rahmat Allah SWT akan turun sementara kita terus saja berselisih? Sadarilah bahwa berselisih hanyalah menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT.

Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah/ 5: 2)

Ketahuilah bahwa dengan ketakwaan akan mendatangkan berkah dari langit dan bumi untuk negeri yang kita cintai ini. Sebagaimana Al-Qur’an menuturkan:

Jikalau sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS. Al-A’raf/ 7: 96)

Semoga Allah SWT membimbing kita untuk menjadi hamba-hamba-Nya yang bertakwa dan menjauhkan kita dari  permusuhan.

Aamiin Ya Rabbal’alamiin.


* Penulis adalah Alumni FAI UAD Yogyakarta.

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here