Opini

Opini

Opini

Apr 16, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Bengkulu, Soekarno, dan Muhammadiyah: Bagaikan sebuah Mata Rantai yang Tidak Bisa Diputuskan

Oleh: Hj Widiyastuti, SS, M.Hum

Bengkulu menjadi saksi bangkitnya pemikiran Soekarno akan kebebasan negeri ini.

Setelah melewati pengasingan di Ende yang membuat Soekarno drop secara kesehatan dan pemikiran, maka Bengkulu menjadi oase seorang Soekarno dan kawah candradimuka sebelum dia turun di kancah perjuangan bangsa.

Rumah ini merupakan rumah milik orang Cina yang disewa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk pengasingan Soekarno.

Tahun 1938 Soekarno bersama istri dan anak-anaknya tinggal di Bengkulu dalam rangka pengasingannya.

Berkunjung ke rumah Soekarno ini, kita akan dihadapkan pada sebuah sosok yang luar biasa dalam pemikirannya. Di Bengkulu ini, Soekarno bertemu dengan Hasan Din, seorang tokoh Muhammadiyah yang kelak menjadi mertuanya.

Pergaulan dan aktivitas Soekarno bersama Muhammadiyah di Bengkulu sempat dipertanyakan oleh pemerintah Hindia Belanda. Oleh karena dalam status pengasingannya, mengapa justru status Soekarno sebagai tahanan aktif dalam Muhammadiyah? Tapi, inilah yang menjadikan semangat Soekarno ketika di Bengkulu tetap terjaga meski dalam status pengasingan.

Berada di rumah ini, kita bisa membayangkan relasi Soekarno dengan Fatmawati dan ayahnya. Rumah mereka berdekatan. Dan sepertinya bisa ditempuh lewat jalan pintas. Di rumah itu tersimpan peninggalan Soekarno, termasuk buku-bukunya dan pakaian-pakaian teater Soekarno ketika di Bengkulu.

Ya, buku-buku Soekarno memang merupakan buku babon. Sehingga tidak heran pemikiran-pemikiran Soekarno melampaui zamannya pada saat itu.

Rumah itu sangat asri sehingga bisa dipastikan bahwa pemerintah Hindia Belanda sangat memperhitungkan Soekarno sehingga dia tidak diberi rumah yang asal-asalan.

Koleksi yang ada di rumah itu tertata rapih, meski konvensional tanpa ada sentuhan teknologi. Namun karena rumah itu sendiri merupakan koleksi yang sangat penting, maka rumah pengasingan ini menjadi sebuah memorabilia gerak Soekarno di Bengkulu dalam konteks kebangsaan dan kemuhammadiyahan.

Bengkululah yang membentuk jiwa Muhammadiyah pada diri Soekarno. Pengalamannya berada dalam satu frame dengan KHA Dahlan di Surabaya ketika zaman mudanya, interaksi dengan Hasan Din dan tokoh-tokoh Muhammadiyah Bengkulu, menjadikan Soekarno mantap memahami Muhammadiyah sebagai paham keagamaannya.

Soekarno sebagai tokoh bangsa harus ditampilkan secara khusus di Museum Muhammadiyah untuk bisa menggambarkan kontribusi nyata Muhammadiyah dalam kebangsaan yang diperankan oleh Soekarno. Bengkulu, Soekarno dan Muhammadiyah bagaikan sebuah mata rantai yang tidak dapat diputuskan begitu saja dan tercatat dalam sejarah perjuangan negeri ini. 

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here