Sekolah

Sekolah

MediaMU.COM

Mar 28, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Mu’allimaat Yogyakarta Gelar Silaturahmi dengan Masyarakat

YOGYAKARTA — Refleksi merupakan sebuah perenungan dan bertujuan untuk menumbuhkan jiwa yang baik.

Hal itu disampaikan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY dan anggota Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Wiharto, S.Sy, S.Ag, MA di depan keluarga besar Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta dan warga masyarakat Notoprajan, Suronatan, Ngadiwinatan dan Kauman dalam acara silaturahim antara pimpinan Mu’allimaat dan warga masyarakat di aula setempat, Kamis malam (4/7/2019).

Pada kesempatan itu Wiharto membakar semangat masyarakat  dengan satu topik bahasan tentang refleksi.

Menurut Wiharto, refleksi merupakan perenungan terhadap garis hidup. “Dan refleksi merupakan perenungan terhadap kelemahan dan kelebihan diri, tujuan dan rencana peningkatan diri,” kata Wiharto.

Bagi Wiharto, refleksi juga merupakan perenungan terhadap apa yang sudah dan akan dilakukan untuk keluarga, masyarakat, profesi dan diri sendiri.

“Kita semua memiliki garis hidup, sekarang bapak dan ibu sudah berusia berapa dan apa yang akan dikerjakan dalam sisa hidup bapak dan ibu?” tanya Wiharto kepada para hadirin.

Wiharto menegaskan, sesungguhnya manusia itu dalam kerugian seperti yang difirmankan Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-‘Asr. “Kecuali orang yang beriman dan beramal sholeh,” tandas Wiharto.

Selain itu Wiharto juga mengutip salah satu firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Hajj ayat 47 bahwa sehari di sisi Allah SWT seperti seribu tahun menurut perhitungan manusia.

“Bila dilakukan perhitungan, maka sehari semalam adalah 24 jam sehingga orang yang berusia 30 tahun sama dengan berusia hanya 55 menit, sedangkan yang berusia 60 tahun sama dengan hanya berusia 1 jam 45 menit di sisi Allah SWT,” terang Wiharto.

“Apakah yang bapak dan ibu ingin kerjakan bila memiliki waktu selama satu jam, satu hari, satu minggu, satu bulan atau satu tahun saja?” tanya Wiharto.

Setelah melakukan pemanasan untuk refleksi, ia pun memberikan materi tentang kepemimpinan.

Menurut Wiharto ada tujuh ciri kepemimpinan yang berkarakter, antara lain integrity (integritas), respect (hormat), empathy (empati), tidak suka menyalahkan, humility (rendah hati), emotional mastery (mampu menguasai emosi) dan responsibility (tanggung jawab).

Refleksi dan silaturahmi antara Mu’allimaat dan masyarakat itu diapresiasi Camat Ngampilan.

Camat Ngampilan, Drs Tur Arya Warih, mengatakan, silaturahmi antara Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta bersama tokoh masyarakat sangat baik.

“Silaturahmi memiliki sejumlah keutamaan, tak hanya dilakukan saat lebaran, dilakukan di luar lebaran pun berkahnya tetap luar biasa,” kata Warih.

Menurut Warih, menjalin dan menyambung kembali hubungan baik bisa melipatgandakan kebaikan dan keberkahan.

Selain itu, menurut Warih, silaturahmi adalah menjembatani dua sisi  berbeda yang terhubung dengan jiwa kasih dan sayang.

“Jadikanlah silaturahmi dengan sesama sebagai warna-warni yang penuh keindahan, penuh kasih sayang, rukun dan damai,” kata Warih yang berharap untuk menjaga hubungan dengan sesama.

Sementara itu, Direktur Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta Agustyani Ernawati, M.Pd menjelaskan, Mu’allimat pada 2018 sudah genap satu abad. “Dan kini memasuki abad kedua tantangan semakin besar dan berat,” kata Agustyani Ernawati, yang menambahkan khususnya dalam mendidik 1.180 santriwati yang ada di 12 asrama. “Mohon kepada warga masyarakat juga ikut membina dan mendidik dalam rangka mencetak kader ulama dan mewujudkan cita-cita Persyarikatan Muhammadiyah,” kata Agustyani Ernawati.

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here