YOGYAKARTA — Teknologi antariksa dan astronomi inklusi serta empat kompetensi utama LAPAN adalah sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa yang meliputi: roket, satelit dan pesawat terbang, penginderaan jauh yaitu: bank data penginderaan jauh nasional dan sistem pemantauan bumi nasional serta kajian kebijakan penerbangan antariksa.
Hal itu dikatakan oleh Kepala LAPAN, Prof Dr Thomas Djamaluddin, M.Sc dalam General Lecture di Amphitarium Kampus 4 UAD Jl Kolektor Ringroad Selatan, Tamanan, Banguntapan, Bantul, Senin (11/11/2019).
Dari yang disampaikan Thomas Djamaluddin itu, bisa memberikan akses yang lebih luas bagi publik dan civitas akademika di lingkungan UAD Yogyakarta. “Khususnya untuk memperoleh pengetahuan astronomi dan meningkatkan kualitas pendidikan astronomi,” terang Thomas Djamaluddin.
Selain itu, mendukung dan semakin meningkatkan keragaman komunitas astronomi yang inklusif dan egaliter.
Tak kalah pentingnya adalah mensosialisasikan kebijakan LAPAN dalam pengembangan antariksa dan kedirgantaraan serta mendorong kerjasama semua pihak untuk melakukan berbagai inovasi dalam pengembangan teknologi antariksa dan astronomi untuk penyandang disabilitas.
Dalam rangka untuk meningkatkan kesadaran pengetahuan tentang astronomi bagi akademisi dan publik, termasuk penyandang disabilitas serta membangun komunikasi, kolaborasi dan koordinasi antara LAPAN dan UAD Yogyakarta, diselenggarakan kegiatan tersebut.
Rektor UAD, Dr Muchlas MT, mengatakan, astronomi inklusi ini menjadi penting. “Karena pada dasarnya setiap orang berhak untuk mendapatkan kesempatan belajar yang sama, termasuk dalam astronomi,” kata Muchlas.
Menurut Muchlas, sudah menjadi komitmen UAD Yogyakarta untuk menjadikan kampus yang ramah lingkungan, ramah terhadap keserasian gender dan ramah terhadap kaum disabilitas, khususnya terkait proses pembelajaran.
Menurutnya, Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah memberi amanah kepada UAD Yogyakarta untuk mengembangkan ilmu fisika dan pendidikan fisika, astronomi, ilmu biologi dan pendidikan biologi, ilmu matematika dan pendidikan matematika.
“Untuk itulah UAD Yogyakarta punya komitmen untuk mengembangkan astronomi melaluinya ilmu falak di Fakultas Agama Islam,” kata Muchlas.
Selama ini, kata Muchlas, muncul pikiran bahwa astronomi hanyalah untuk mereka yang normal secara fisik saja. “Padahal dengan kesadaran, kemauan bersama semua pihak serta kemajuan teknologi yang semakin canggih menjadikan astronomi bisa dinikmati oleh semua orang,” kata Muchlas.
Karena isu ini relatif baru, maka diperlukan banyak inovasi pengembangan untuk mewujudkannya, termasuk adanya general lecture di UAD Yogyakarta ini.
Sementara itu, Yudhiakto Pramudya, Ph.D selaku ketua panitia kegiatan sekaligus Kepala Pusat Studi Astronomi UAD, mengatakan, semua orang berhak untuk belajar apa pun kondisinya dan di mana pun tempatnya. “Astronomi untuk semuanya dan ilmu pengetahuan untuk semuanya,” kata Yudhiakto Pramudya.
Sesuai dengan tema peringatan 100 tahun “International Astronomical Union”, di bawah langit yang sama, kegiatan ini didukung sepenuhnya oleh Pusat Studi Astronomi, Pusat Studi CIRNOV, Pusat Studi Pariwisata dan Bisnis Kreatif, Pusat Studi PSLDA, FAI, LPSI dan Pusat Tarjih PP Muhammadiyah.
Selain itu, realisasi MoU dengan pusat-pusat studi yang ada di UAD Yogyakarta berkaitan dengan aktivitas LAPAN disaksikan 350 orang peserta terdiri dari mahasiswa, komunitas astronomi, kaum difabel, dinas pariwisata se-DIY dan Pusat Tarjih PP Muhammadiyah di UAD.
Kepala LAPAN dan peserta juga mengunjungi fasilitas penelitian dan pendidikan di gedung berlantai 10 Kampus 4 UAD Yogyakarta.
Salah satunya adalah kompleks observatorium yang di bagian utamanya berupa kubah dengan teleskop besar di dalamnya.
Selain itu, terdapat juga ruang workshop yang menjadi ruang pembuatan berbagai alat peraga bagi pelajar, baik yang umum maupun untuk penyandang disabilitas.
Desain yang digunakan berupa desain universal untuk dapat mendukung pembelajaran astronomi yang inklusif. Diharapkan, UAD dan LAPAN dapat mengembangkan bersama pusat riset dan pendidikan astronomi dan kedirgantaraan yang inklusif, yang dapat dijadikan sebagai tempat wisata edukasi bagi semua orang. (Anne Rahmawati)
Comment