Opini

Opini

Opini

Apr 24, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Ulama Muhammadiyah Kharismatik

Oleh: Dr. H Robby Abror, M.Hum.
Dosen Aqidah dan Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga, Ketua MPI PWM DIY.

Kepergian Prof. Yunahar Ilyas menyisakan duka yang dalam bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi warga Persyarikatan Muhammadiyah. Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah itu meninggal dunia pada Kamis malam (2/1/2020) pukul 23.47 di RS. Sarjito Yogyakarta.

Prof. Yunahar dikenal sebagai pemikir yang kritis bahkan banyak orang mengira bahwa beliau adalah representasi wahabi di Muhammadiyah. Tidak sedikit yang mengira beliau sebenarnya pemikir liberal, ada juga yang menyanggahnya sebagai intelektual progresif disebabkan keputusannya yang cenderung bergaya fundamentalistik.

Kekritisan beliau sudah diketahui sejak masih mahasiswa awal di Yogyakarta, saya sering mengikuti dan menyimak ceramah-ceramah beliau. Selalu ada yang baru dalam pemikirannya. Kekayaan pengetahuan yang memadai, karya tulis yang mendalam berbasis teks Arab klasik, pengalaman bermasyarakat dan berorganisasi yang mumpuni, dan komunikasinya yang cukup baik membuat saya jatuh cinta pada gaya berpikirnya.

Melihat gaya berceramah dan juga sifat beliau yang membuat saya kagum sehingga saya pun lebih suka memanggil beliau Syeikh, ya Syeikh Yunahar. Beliau adalah orang yang selalu haus akan ilmu pengetahun, salah satunya beliau pernah menyerap ilmu agama di Universitas Ibnu Saud Riyadh, Saudi Arabia, sebagai pusat peradaban Islam.

Selain punya gaya khas dalam berceramah, beliau juga dekat dengan semua kalangan, dari aliran kanan sampai kiri. Setiap ucapannya menjadi tuntunan bagi jemaahnya, khususnya di persyarikatan Muhammadiyah, untuk diteladani dan dipegang teguh.

Jika ada benturan keras antarideologi, beliau berusaha memberikan jalan tengah. Beliau juga menyepakati konsep Islam wasathan atau Islan Moderat dalam wadah yang pernah diusung bersama-sama dengan Prof. Din Syamsuddin, Prof. Amin Abdullah, Prof. Azyumardi Azra, dan lain-lain.

Bagian irisan representasi kekiaihannya dapat dilihat dari kepemimpinannya di Pesantren Budi Mulia yang digagas Prof. Amien Rais yang bertempat di dekat kediaman beliau di Jalan Kaliurang, komplek Perumahan Banteng. Bersama Ustaz Faturahman Kamal, Lc., membina para mahasiswa yang nyantri di sana. Banyak di antaranya yang jadi orang sukses.

Selain itu, beliau juga sebagai mufassir dan pengkaji Ulumul Quran, kecintaannya pada Al-Qur’an begitu kental. Beliau sangat menguasai referensi klasik dengan paradigma dan pendekatan keilmuan modern yang seimbang. Saya kira studinya di kampus kami, bergaul dengan para pemikir UIN Sunan Kalijaga, sedikit banyak memengaruhi juga paradigma berpikirnya. Beliau juga menyampaikan materi-materi kajian tafsirnya dengan lancar sehingga mudah dipahami jemaahnya.


Sumber: http://menara62.com/syeikh-yunahar-ulama-muhammadiyah-kharismatik/

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here