Oleh: Sukamta Mantamiharja

Pagi ini, bangsa Indonesia kehilangan salah satu ulama yang mumpuni, faqih, cerdas, moderat, tidak suka konflik, selalu memberikan solusi yang masuk akal dan bisa dilaksanakan atas berbagai persoalan, dengan kehidupan yang sederhana.

Beliau juga salah satu guru yang sangat berjasa mengantarkan saya kepada hidayah Islam dan dakwah Islam.

Sejak tahun 1988 kami dan beberapa orang aktifis kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta diangkat menjadi murid beliau, sampai hari ini.

Saat kami menikah, Prof Yunahar, yang biasa kami panggil ustadz dan belakangan menjadi Buya Yunahar, bersedia berkhutbah menjelang akad.

Begutu pula saat anak pertama kami menikah. Kembali beliau menjadi guru yang membagi ilmunya kepada kami.

Beliau, saya kira, satu-satunya orang yang memanggil saya dengan hanya nama saja: Kamta, ketika sedang ceramah di forum. Juga di berbagai forum, termasuk saat memberikan taushiyah dalam walimahan anak kami. Sebuah kebanggaan tersendiri diperlakukan oleh beliau dengan seperti itu.

Prof Yunahar, semoga Allah SWT menerimamu dalam ridha-Nya dan menempatkanmu dalam kedudukan yang tinggi bersama-sana dengan para anbiya, ulama dan syuhada’.

Allahummaghfirlahu warhamu wa’afihi wa’fu ‘anhu.