Profil

Profil

Profil

Apr 19, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Pak AR Membonceng Sepeda Onthel

Ini terjadi pada bulan puasa tahun 1989. Mahasiswa UMY kampus lapangan Asri menyelenggarakan acara Kuliah Subuh. ( Kampus itu sekarang menjadi Asri Medical Center)

Pagi itu giliran Pak AR mengisi Kuliah Subuh.

Pukul 3.30 salah seorang panitia sudah siap menjemput Pak AR di Jalan Cik Di Tiro 19 A Yogya. Tetapi malang, sopir yang akan menjemput tidak datang. Kunci mobilnya lupa ditaruh di mana. Tidak ketemu. Panitia pun memutuskan ceramah Pak AR ditunda pada hari lain.

Sebagai salah seorang panitia, mahasiswa UMY bernama Syahrirsyah harus memberitahu Pak AR bahwa kuliah subuh batal. Ia pun menggowes sepeda dari kampus Asri ke Cik Di Tiro. Sekitar 30 menit kemudian ia tiba di rumah Pak AR.

Keringat bercucuran di tubuh Syahrirsyah. Dengan napas masih tersengal-sengal, ia mengetuk pintu rumah Pak AR dan mengucapkan salam. ” Assalamualaykum Pak AR”..”Wa’alaykumussalam warahmatullhi wabarokatuh”, Pak AR langsung menjawab  dari dalam rumah.

Ternyata Pak AR sudah lama menunggu jemputan panitia dan siap berangkat. Begitu melihat ada mahasiswa datang, Pak AR langsung berkata, “Ayo mas, kita berangkat”.

Syahrirsyah bingung dan berkata, “Maaf Pak, saya ditugaskan panitia untuk menyampaikan kepada Bapak, bahwa ceramah ditunda di hari lain. Sopir mobil yang akan menjemput Bapak tidak datang. Kunci mobilnya tidak ketemu”

“Lha, panjenengan ke sini nitih menopo?” tanya Pak AR. “Ngangge sepeda, Pak” kata Syahrirsyah keder.

” Oh ya sudah, kuliah subuhnya tidak usah diganti di hari lain. Pun monggo, sak niki ke kampus UMY ngangge sepeda  njenengan mawon. Kulo mbonceng” kata Pak AR.

Anak muda tadi tambah bingung, kemudian berkata, ” Mohon maaf, Pak. Tidak mungkin saya boncengkan. Jauh, Pak”. Dalam batin, Syahrirsyah pun berkata, “Pak AR Ketua Umum PP Muhammadiyah, sudah sepuh lagi. Mana mungkin membonceng sepeda dari Cik Di Tiro ke kampus UMY Lapangan Asri. Jauh”

Ketika batinnya bergejolak, Pak AR ngendiko, ” Monggo mas, kita berangkat. Nanti kuliah subuhnya terlambat”.

Akhirnya, anak muda itu tak kuasa menolak permintaan Pak AR. Dalam semriwing angin pagi Yogya, Syahrirsyah memboncengkan Pak AR menuju kampus UMY. Jauh.

Anehnya, cerita Syahrirsyah, sepeda onthel yang sangat ringkih itu bisa berjalan cepat seperti sepeda motor.

Tubuh Pak AR yang besar terasa ringan. Sambil menggowes sepeda onthel, Syahrirsyah terharu, meneteskan air mata. Ia tak kuasa membayangkan Ketua Umum PP Muhammadiyah yang membawahi sekian puluh universitas mau dibonceng sepeda butut. ” Ini sesuatu  yang tidak biasa. Pak AR bukan orang biasa” bisik hatinya.

Akhirnya, Pak AR sampai ke kampus UMY. Dan kuliah subuh tetap berlangsung sesuai jadwal.

Bagi anak muda ini, peristiwa tersebut sangat berkesan dan akan dikenang sepanjang hidupnya. Kerendahan hati Pak AR telah menyentuh nurani terdalam Syahrirsyah. (*\)

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here