Tarjih

Tarjih

MediaMU.COM

Apr 17, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Q & A AD-DIN 9: Empat Nilai Dasar Dalam Beragama

Question: Agama tentunya memiliki konsep dan acuan dalam menerapkan ajarannya, lalu apa sajakah nilai-nilai dasar dalam ber Agama?

Answer: Saat ini, kehidupan beragama ada tanpa spiritualitas. Karena kehidupan beragama kita hanya sekedar pengulangan tanpa penghayatan yang mendalam terhadap ajaran Islam, maka tidak menyentuh lubuk hati manusia yang paling dalam. Terkadang salat yang kita laksanakan seolah-olah hanya sebatas salat yang berkaitan dengan syariat mengenai kelayakan, keselarasan, keabsahan dan ketidakabsahannya. Kita tidak lagi seperti mesin yang diprogram untuk melaksanakan shalat tanpa merasakan akibatnya. Oleh karena itu, praktik keagamaan tidak boleh didasarkan pada struktur sempit dari koridor ideologi dan normatif yang sepenuhnya terbatas. Melainkan harus sarat dengan nilai-nilai agama yang universal dan responsif terhadap tantangan masa kini. Ada empat nilai terpenting dalam agama.

Pertama, al-Tauhid (tauhid).

Nilai dasar tauhid mengajarkan kepada kita bahwa Yang Maha Mutlak hanyalah Allah, Dialah satu-satunya wujud yang tidak mempunyai awal dan akhir (qadim dan baqa). Sedangkan manusia dan seluruh makhluknya merupakan satu realitas yang umurnya tidak lebih dari dua atom sekaligus karena keberadaannya selalu musnah (kelahiran dan kematian). Kematian adalah alam semesta, Tuhan itu kekal. Nilai tauhid merupakan landasan seluruh konsep dan aktivitas umat Islam, baik ekonomi, politik, sosial, maupun budaya. Hakikat tauhid adalah ketundukan total terhadap kehendak Tuhan, baik dalam beribadah maupun muamalah, guna menciptakan pola hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Oleh karena itu, doa, hidup, mati, kita semua mengarahkan diri kita kepada Tuhan dan untuk Tuhan. Sebagaimana firman Allah SWT: Katakanlah (Muhammad): “Sesungguhnya doaku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam (QS.Al-An'am:162) Tauhid tidak dipahami sebagai doktrin agama dalam arti keyakinan, kewajiban atau larangan.

Kedua, al-Ittiba' (selanjutnya disebut).

Nilai inti agama ini menyatakan pentingnya setiap umat Islam untuk selalu menaati segala larangan dan perintah Allah SWT sambil meneladani dan menaati Nabi Muhammad SAW. Banyak ayat dalam Alquran yang meminta umat Islam untuk mengunjungi Nabi SAW agar hidupnya aman di dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman; Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasulullah (Muhammad) dan Ulil Amri (yang berkuasa) di antara kamu. Kemudian jika kalian berbeda pendapat dalam suatu hal, kembalikan kepada Allah (Quran) dan Rasul (sunnah), jika kalian beriman kepada Allah dan Hari Akhir. Oleh karena itu, hal itu lebih penting (bagimu) dan lebih baik (An-Nisa' Ayat 59).

Ketiga, al-Taysir (mudah). 

Nilai inti yang ketiga ini merupakan salah satu prinsip penting Islam yang diberikan Tuhan agar umat tetap semangat dan rajin menjalankan ajaran agama, terutama dalam keadaan sulit. Dalam kaidah ushul fiqh diatur bahwa segala kesulitan pada prinsipnya harus mudah (al-masyaqqah tajlib al-taysir). Contoh kenyamanan beragama disebutkan dalam QS. Al-Baqarah:185: Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi umat manusia dan penjelasan tentang petunjuk tersebut serta perbedaannya (antara yang benar dan yang salah). Jadi kalian yang ada di bulan ini, buruan. Tetapi siapa yang sakit atau bepergian (tidak berpuasa), maka (wajib mengqadha) pada satu hari ketidakhadirannya, pada hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesulitan bagimu. Hendaknya kamu berkecukupan dan bertasbih kepada Allah atas hidayah-Nya kepadamu, agar kamu bersyukur (QS.Al-Baqarah:185). Dengan prinsip praktis ini, tidak semua orang terpaksa berpuasa. Namun, secara umum ada dua cara melunasi utang puasa: qadla dan fidyah (QS.Al Baqarah:184). Adanya berbagai kemudahan dalam ajaran Islam menjamin umat Islam dapat mengamalkan agamanya tanpa adanya kesulitan dalam ruang dan waktu, serta mendorong mereka untuk rajin mengamalkan agamanya, karena hal tersebut dapat dilakukan dengan mudah dan tanpa kesulitan. Tak heran pula jika ulama besar masa kini Yusuf Qaradlawi dalam bukunya Al-Ijtihad fi al-Syariati al-Islamiyyah menegaskan bahwa prinsip dasar hukum Islam adalah taysir atau kemudahan.

Keempat, nilai mashlahat.

Selain taysir, prinsip utama Islam lainnya adalah maslahat. Kebalikan dari masalah tersebut adalah mudlarat. Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ahmad yang mengatakan bahwa “laa dlirara wa laa dlirara”¸ tidak merugikan dan tidak merugikan. Al-Ghazali dalam bukunya Mushtasfa min Ilm al-Usul berpendapat bahwa hubungan antara syariah dan istislah (manfaat) sangat erat. Kemaslahatan menurut al-Ghazali adalah menjaga agama, jiwa, ruh, nasab dan harta benda. Adanya permasalahan dalam ajaran Islam menunjukkan bahwa penderitaan merupakan sesuatu yang harus ditinggalkan. Karena Islam tidak mengajarkan pencapaian realisasi spiritual melalui penderitaan. Allah menganugerahkan penderitaan dalam bentuk ketakutan, kelaparan, dan kekurangan harta, namun dimaksudkan untuk meninggikan derajat manusia, seperti dalam QS. Surat Al Baqarah ayat 155 berbunyi: Cinta Dan niscaya Kami akan menguji kamu dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar (QS. Al Baqarah:155). Jadi, mari kita bicara sedikit hari ini, mari kita masuk lebih dalam aspek nilai-nilai agama tersebut agar selalu hidup bahagia di kehidupan ini dan akhirat. 

Sumber: Muhammadiyah.or.id

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here