
Oleh Sudibyo Markus*
Ber-retrospeksi melalui pendekatan “jika-maka” dalam sejarah.
#Kuliah interdisiplin di Pasca Sarjana UMS
Dalam kesempatan Diskusi Bedah buku saya “DUNIA BARAT DAN ISLAM” pada tanggal 18 Oktober 2019 di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Mas DR. Faried “Solo” Wadjdi, Wakil Ketua Program Pasca Sarjana UMS, bermaksud sekaligus mengundang saya untuk memberikan kuliah untuk para mahasiswa pasca sarjananya.
Mas Faridj Solo Wadjdi paham benar sulitnya mencari “titik masuk disiplin keilmuan saya”. Walau berpendidikan kedokteran, saya dianggap bukan dokter yang menekuni profesi dokter. Walau aktivis mahasiswa Muhammadiyah dan dianggap “jago podium” pada era 60 dan 70-an, tapi bukan ahli agama apalagi kyai. Menulis buku tentang hbg sejarah hubungan antaragama setebal 500 halaman, tapi saya juga bukan ahli hubungan internasional, apalagi ahli agama. Karenanya Mas Faridj paham disiplin ilmu saya masuk katagori disiplin “ilmu yang bukan-bukan”.
Karena “tak diketemukan disiplin keilmuan“ saya, maka diakali untuk memberi judul kuliah tamu tersebut dengan “kuliah inter-disiplin”. Pas, miriplah dengan kuliah subuh saya tentang “Dunia Barat dan Islam” di Wisma Sieradj Klaten yang diprotes Prof James Peacock tahun 1970.
Ketika Mas Faridj minta judul kuliah tersebut, sesuai dengan latar belakang keilmuan saya “yang tak diketemukan”, saya ambil judul tentang Dunia dan Islam dan Indonesia dan Muhammadiyah dalam tinjauan perspektif “ilmu berandai-andai” tersebut di atas.
#Dari gurubesar komunikasi ke mantan agen CIA
Seperti sudah saya tulis di facebook sebelumnya, saya menerima pertanyaan “beranda-andai” tentang “Apa yang terjadi di Indonesia seandainya Muhammadiyah tidak pernah didirikan” tersebut dari Prof Joze Raymon “Oyinx” yang gurubesar ilmu komunikasi di Universitas John Hopkins, Baltimore, dalam kesempatan pertemuan di US National Security Council yang berkantor di sayap kiri Gedung Putih atau White House, Washington pada bulan April 2006. Tentu saja karena tak siap menghadapi pertanyaan “mengandai-andai” yang tiba-tiba tersebut, saya pun menjawabnya dengan beranda-andai juga.
Ternyata kemudian betapa terkejut ketika pada tahun 2010, Graham E. Fuller, yang mantan Wakil Ketua National Intelligence Council di CIA, menulis satu buku dengan judul yang tak kalah “jahil” dengan pertanyaan guru besar Universitas John Hopkins tersebut di atas, yaitu beranda-andai seandainya Allah tak mengutus Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan Islam, “The World Without Islam”.