
Kabut turun dari lereng bukit menyapa dengan hembusan angin. Dingin menggelayut. Tubuh anak kecil terbalut selimut lembut. Bunda terjaga di sepertiga malam yang begitu sunyi nan tenang. Suara binatang malam memecah keheningan.
Bunda menembus udara dingin untuk mengambil air wudhu. Baginya sepertiga malam adalah kehendak hati yang terbiasa dilakukan. Tak mudah meninggalkan. Sepertiga malam laksana insan sedang jatuh cinta. Tak kuasa menahan rasa untuk selalu bersua. Mengharap kasih sayang-Nya yang tak terhingga membuat bahagia mengarungi bahtera kehidupan nyata.
Dengan suara lembut Bunda membangunkan Ayah. Dielus tubuh Ayah. Tetapi tubuh itu masih enggan bangkit dari tidur. Kedua mata tetap tertutup rapat. Beberapa kali Bunda berusaha membangunkan.
“Ayah…ayo bangun, sudah pagi.”
“Eeemmh….Sudah jam berapa?” Sambil menjulurkan tubuh.
“Setengah tiga…Ayo segera bangun Bunda sudah wudhu.”
Ayah melihat istrinya yang sudah rapi dengan mukenanya.
“Baiklah,” kata Ayah.
Bunda melangkah menuju kamar anak-anak yang masih senyap.
“Kakak….ayo bangun…Kak…KakArfa.”
“Baik Bunda.” Kak Arfa bergegas bangun. Ia meraih daun pintu dan membukanya. Ia melihat Ayah dan Bunda sudah bersiap menunggu di mushola.
Butiran tasbih di tangan Bunda bergerak perlahan mengiringi dzikir. Aroma wangi parfum khas Masjid Nabawi menyebar di mushola ini. Bersih, rapi, harum mewangi. Membuat betah berada di sini. Seperti biasa selepas shalat di sepertiga malam mereka melantunkan istighfar.
Allahumma anta robbi laailaahailla anta. Kholaqtanii waanaa ‘abduka waanaa ’alaa ‘ah dhika wawa’dika mas-tatho’tu. A’udzubika min syarri maa shona’tu. Abu-u laka bi ni’matika ’alayya waabu-u bi dzambii fagh-firlii fa innahu laayagh-firudzdzunuuba illa anta.
Menjelang adzan Shubuh terdengar, Ayah Bunda mengajak Kak Arfa bersiap menuju masjid. Ayah selalu berpesan: “Fa…jadilah pejuang Shubuh. Belajar meraih shoff terdepan. Biasakan sebelum adzan berkumandang kita sudah datang.”
Ayah dan Bunda menggandeng tangan Arfa menembus udara dingin. Bunda selalu rajin mengingatkan untuk bersedekah di waktu shubuh. Sebelum kaki melangkah masuk masjid, kotak infak menjadi tempat pertama yang kami hampiri. Memasukkan lembaran uang kertas.
Suasanya masjid yang nyaman sangat menyentuh hati. Masjid ini membuat kami jatuh hati untuk selalu menghampiri.
Adzan Shubuh berkumandang. Lantunan suaranya begitu merdu. Nyaman didengar. Pak Harfan, muadzin di masjid kami, pernah meraih juara satu di kancah internasional dalam lomba MTQ. Fasih nan merdu menambah indahnya suasana pagi itu.