
Drs. H.M. Agus Samsudin, M.M.
Ketua MCCC PP Muhammadiyah
Tulisan ini disebarluaskan oleh Humas MCCC PP
Tidak terasa hampir 2 (dua) tahun mengelola MCCC (Muhammadiyah Covid-19 Command Center). Sungguh pengalaman membanggakan sekaligus keprihatinan, juga semakin memahami nilai-nilai yang dianut persyarikatan dalam tataran praktik.
Beruntung sekali, Muhammadiyah adalah organisasi mapan. Di tingkat pusat banyak orang mumpuni dan penuh dedikasi, demikian wilayah-daerah-cabang-ranting. Secara khusus apresiasi kepada seluruh RSMA (Rumah Sakit Muhammadiyah-‘Aisyiyah) atas seluruh upaya dan dedikasi ketika menghadapi outbreak di bulan Juni-Juli 2021. Juga kepada para relawan yang bekerja siang malam dalam pemulasaraan jenazah.
Berbeda dengan manajemen bencana pada umumnya. Bencana Covid-19 tidak mengenal manajemen prabencana yang mengukur kemungkinan kejadian dan risiko serta mitigasi sehingga ada persiapan ketika bencana.
Dalan konteks Covid-19 tidak ada persiapan karena belum terjadi sebelumnya. Maka yang terjadi adalah masa kegawatdaruratan yang sangat panjaaaannngggg…, dari February 2020 hingga sekarang. Layaknya gawat darurat bencana, semua tidak tahu, semua bersifat emerjensi, serba darurat, berubah dan penuh dengan diskusi dan pasti trial & error.
Covid mengajarkan kita untuk siap menghadapi perubahan mendadak dan tidak pasti. Hidup penuh perubahan, apa yang terjadi hari ini besok bisa hilang, jungkir balik. Kita semua menamakan perubahan itu sebagai sebuah disrupsi, gangguan yang mengubah semuanya (game changer). Atas dasar ini pula, ada kurve belajar baik pemerintah, rumah sakit, maupun masyarakat. Banyak kebijakan yang berubah, banyak respons rumah sakit yang terus berkembang dan masyarakat melakukan respon terhadap setiap kebijakan dan dampak Covid.
Awal 2021 Indonesia cukup optimis karena tingkat penularan menurun dan ketika libur Nataru 2020 “dilepas” kemudian terjadi lonjakan yang mencapai puncaknya Juni-Juli. Ketika itu semua rumah sakit penuh pasien covid, kekurangan oksigen dimana-mana dan jumlah fatalitas meningkat tajam. MCCC sampai berkirim surat khusus kepada Presiden untuk melakukan lock down selama tiga minggu karena pemerintah masih ragu-ragu sekalipun kemudian ada PPKM dalam berbagai level yang akhirnya berjalan cukup efektif sampai sekarang.
Hampir seluruh rumah sakit Muhammadiyah-‘Aisyiyah dipakai untuk merawat pasien. Tidak akan pernah lupa di bulan-bulan tersebut ada tenaga kerja kesehatan, ulama, pengurus persyarikatan dari berbagai level, dosen, guru, saudara dekat, tetangga yang dipanggil Allah SWT. Semua menjadi pelajaran berharga.
Pages: 1 2