Oleh: Diyah Puspitarini 

Seumur hidup, saya baru sekali ini mengunjungi sekolah Yahudi. Yupss…  masih dengan program IVLP, akhirnya saya sampai di sini dan mencari tahu apa keunggulan pendidikan Yahudi, yang konon katanya orang-orangnya pada pintar-pintar.

Saya sempat mengunjungi JSC di Seattle Washington. Sekolahnya biasa dan berada di tengah perumahan penduduk. Karena yang saya kunjungi elementary school, jadi kebetulan ketemunya anak-anak usia PAUD hingga SD.

Adapun hal yang menarik, pendidikan di JSC ini menyeimbangkan antara tradisi Yahudi dan inovasi, keduanya harus seimbang. Sehingga efek globalisasi dan teknologi tidak menghilangkan sejarah dan budaya mereka sebagai orang Yahudi.

Ada lagi, khusus anak-anak yang kelebihan energi atau terkadang membuat onar, maka akan dimasukkan ke semacam ruang isolasi yang berisi peralatan agar mereka bisa menenangkan diri.

Do you now that, bahwa ayunan adalah salah satu alat menenangkan anak yang sangat aktraktif. Jadi ingat Posyandu zaman dulu ya? Dan bisa diterapkan di Indonesia.

Ada tulisan tentang bagaimana menjadikan dunia yang baru, yaitu dengan saling memberi. Mungkin dalam agama Islam seperti sedekah dan ta’awun-lah ya?

And the last… bahwa “my religion is my nations” adalah slogan bagi pemeluk Yahudi di mana saja, dan sudah ditanamkan sejak kecil. Di setiap sudut akan banyak bendera Israel dan simbol-simbol Yahudi dengan bahasa Ibrani. Malahan, saya tidak menemukan bendera US.

Dan, ingat, bahwa mereka sangat memperhatikan apa yang mereka makan. Menu makanan anak-anak diracik khusus. Bahkan, jika perlu, mendatangkan bahan makanan dari Timur Tengah.

Apa benar, makan buah sebelum makan adalah kebiasaan Yahudi? Tidak juga. Karena mereka sangat suka dengan buah-buahan, bahkan penyajian hidangan untuk kami banyak buahnya. Hanya saja, di sekolah ini, tidak boleh mengambil gambar anak-anak karena sangat dijaga privasinya.

*Penulis adalah Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah