Opini

Opini

Opini

Apr 26, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Gerakan Bisnis Cabang Ranting Berbasis Potensi Lokal

Oleh : M. Ikhwan Ahada, S.Ag, MA (LPCR DIY)*

Sebagaiorganisasi massa (ormas) yang yang bervisi membangun tatanan bangsa yang digambarkan sebagai “baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur”, Muhammadiyah telah memiliki misi yang jelas dalam membangun ummat.

Termasuk dalam pembangunan dan kemandirian ekonomi, selain penguatan Ideologi.

Pimpinan Muhammadiyah di segala lini adalah manusia berkaki dua yang memijakkan kehidupan mereka pada dua ranah, yaitu: social development dan economic development.

Wasiat KH Ahmad Dahlan tentang: “Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah”, bukan berarti menghijab para pejuang di Muhammadiyah tidak dapat sellery apa pun dari amal usahanya. Tetapi lebih sebagai “kampas rem” bahwa yang kita jalankan adalah amanah ummat sekaligus “kamera diri” ketika berada di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) mana pun.

Bahkan, dalam konsep social entrepreunership seorang pimpinan Muhammadiyah boleh memenej Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) sebagai sebuah lembaga penghasil laba (profit), yang sebagian besar keuntungannya kembali kepada organisasi dan kepentingan dakwah.

Dalam konteks ini yang perlu dipahami adalah tidak semua lembaga Muhammadiyah itu berorientasi nirlaba sampai pada lembaga pendidikan dan kesehatan sekalipun.

Karena, biaya operasional organisasi dan dakwah Islam di Muhammadiyah harus ditanggung sendiri oleh organisasi.

Korelasi semua itu, dengan posisi ranting dan cabang adalah Ranting dan Cabang merupakan ujung tombak potensial dalam membangun jiwa social entrepreunership para anggotanya.

Cabang dan Ranting akan hidup dengan kegiatan bisnis. Sementara, dakwah bisa terus dibiayai dari keuntungan kegiatan tersebut.

Pemikiran ini berharap agar Cabang dan Ranting bisa hidup dengan kemandirian ekonomi. Oleh karenanya Ranting atau Cabang bisa membuat bisnis plane dengan berbasis potensi lokal masing-masing. Misalnya adalah Cabang dan Ranting di perkotaan diawali dengan melakukan mapping tentang apa problem dasar masyarakat menengah perkotaan?

Selanjutnya, dibuat daftar hasil mapping berdasarkan skala prioritas, seperti : masalah air minum, rumah tinggal, kost-kosan, sampah, home stay dan lain-lain.

Katakanlah, lima hal ini dahulu. Maka Cabang dan Ranting di perkotaan bisa membuat bisnis plane antara lain: depo air minum, air kemasan, dan lain-lain.

Karena keuntungan (profit) yang dihasilkan akan digunakan untuk dakwah, maka kita tentunya punya data pelanggan yang lengkap, alamat dan nomor kontak (HP).

Data alamat dan No HP ini, bisa kita manfaatkan untuk menyebarkan informasi kegiatan Muhammadiyah, seperti: jadwal kajian pimpinan atau anggota, bakti sosial, pemeriksaan kesehatan, dan lain-lain. Atau, sebagai wahana informasi tentang AUM dan kegiatan organisasi.

Pada intinya bisa menggunakan jejaring Cabang dan Ranting. Jadi ada multiple effect dakwah dari sebuah kegiatan bisnis.

Hal lain dari bisnis plane ini adanya fenomena kekinian para tokoh Muhammadiyah yang kemudian harus “meminggir” ke kampung karena tempat tinggal dengan biaya hidup di kota terbilang mahal.

Maka, Cabang bisa membuat badan atau amal usaha profit di luar majelis atau lembaga, yang khusus berkaitan dengan perumahan: Badan Usaha Perumahan Cabang.

Lembaga ini dibuat CV atau PT yang bergerak dalam bidang property dengan modal awal misalnya wakaf tunai Muhammadiyah. Kemudian, dibuat perkampungan terpadu seperti kondominium. Lantai satu sampai tiga untuk pendidikan. Sedangkan lantai empat sampai tujuh sebagai rumah tinggal pimpinan Muhammadiyah, apakah dengan sistem sewa atau yang lainnya.

Bisa juga badan tersebut membuat ekonomi kreatif yang terus akan membuka peluang ke arah kemadirian ekonomi Cabang-Ranting dan jamaah.


*Penulis adalah alumni dan mantan Direktur Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here