Opini

Opini

Opini

Apr 16, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Antara Puasa dengan Kecerdasan dan Kesehatan

Oleh: Labib Shalahuddin Alhaddad*

“…dan puasamu itu lebih baik jika kamu mengetahui”. (QS. Al Baqarah: 184)

Begitu besar manfaat puasa, baik jasmani maupun rohani. Berdampak positif dalam hubungan manusia dengan Sang Pencipta, Allah SWT. Dari jasmaniah, ada satu sisi yang tak mungkin kita bayangkan atau kita pikirkan, yaitu akal. Puasa berakibat positif.  

Nurul Maghfiroh menjelaskan dalam bukunya “99 fenomena menakjubkan dalam Al Qur’an” (2015: 240) Lukman hakim, yaitu seorang hamba yang memiliki keistimewaan, mendapat anugerah dari Allah SWT, berupa ilmu hikmah. Seorang alim dan bijak yang namanya tercantum dalam Al Qur’an berkata, “Wahai putraku bila perutmu penuh, pikiranmu akan tidur, kebijaksanaanmu akan kelu, dan anggota tubuhmu akan malas menjalankan ibadah”.

Serupa dengan yang disampaikan Syeikh Al-zarnuji (570-636 H). Dalam karyanya “Kitab Ta’lim Muta’allim”, bahwa para penuntut ilmu sudah seharusnya berpuasa, dengan berpuasa, otak akan terpacu untuk berkonsentrasi. Banyak makan akan menimbulkan dahak dan dahak akan memicu lemahnya hafalan. 

Kejeniusan ulama terdahulu juga dipengaruhi puasa. Ulama terdahulu terkenal waro’ dan zuhudnya, sehingga mampu menghasilkan karya yang masih digunakan sampai saat ini. Dalam sebuah kisah Imam As-Suyuthi mampu menyelesaikan separuh dari kitab Tafsir Jalalain yang belum sempat dirampungkan oleh gurunya Imam Al-Mahalli karena wafat. Imam As-Suyuthi merampungkan selama 40 hari dalam keadaan berpuasa. semenjak awal Ramadhan hingga 10 Syawwal.

Kita sering mendapati pelajar mengeluh lemas, capek lemah, letih, lesu, karena sekolah belum meliburkan kegiatan belajar mengajar pada bulan Ramadhan. Fakta membutikan bahwa puasa dapat menjadikan pikiran tenang dan jernih sehingga mempengaruhi tingkat kefokusan, kosentrasi pada pelajar.

Puasa yang dapat meningkatkan kecerdasan, memiliki mekanisme tersendiri pada tubuh. Sehingga dampaknya adalah menjadikan berfikir jernih dan cerdas. Mekanismenya adalah:

Pertama, perut kosong menyebabkan kosongnya zat-zat makanan dalam usus kecil. Sebagai gantinya, darah terpaksa menghisap zat-zat basah dalam usus. Orang yang mengalami keadaan tersebut pada umumnya mempunyai penglihatan yang tajam, gerak gerik cepat, serta kecakapan menganalisis persoalan.

Perlu kita ketahui bahwa kemampuan otak sangat dipengaruhi jumlah makanan yang masuk perut. Dengan mengendalikan makanan maka akan dapat meningkatkan kefokusan dan kosentrasi yang berarti meningkatkan kecerdasan. Sebaliknya, bila terlalu banyak makanan masuk kedalam perut, sel-sel akan kebanjiran makanan, urat saraf  lembab, kerja otak terhambat. Sehingga, dapat terjadi kemunduran dalam berfikir. Sesorang menjadi pelupa, tingkat kefokusan dan kosentrasi melemah dan sebagainya.

Kedua, setelah zat basah yang akan dihisap darah tadi hilang, maka usus dan perut menjadi panas, seperti mesin bila kehabisan air. Disanalah dapat membuat seseorang menjadi sederhana, tegas dalam mengambil keputusan dan bertindak tegas.

Ketiga, ketika perut dan usus dalam keadaan kosong, lendir dalam perut akan hancur. Lendir inilah sumber penyakit.  Kalau lendir bertambah banyak dan tidak ada yang mendetoxnya akan timbul penyakit muceszichten yang menyebabkan seseorang menjadi malas, bersikap pasif, lemah daya fikir dan lambat. Muceszichten memiliki banyak jenis, antara lain menyebabkan lemahnya pencernaan karena makanan di  perut tidak lekas hancur karena licin oleh lendir. Hal itu mengakibatkan kerja syaraf otak dan tubuh melamban, pikiran tumpul, sukar berpikir dan sulit menerima pelajaran. Sementara dampak fisik pada tubuh yaitu dapat membuat malas bergerak dan sebagainya. 

Apa yang tertulis dalam Al Qur’an merupakan pedoman hidup manusia. Al Qur’an telah memerintahkan untuk memakan yang baik-baik, salah satunya agar menghadirkan kesehatan pada tubuh. Perlu kita ketahui bahwa seiring bertambahnya umur dan juga makanan yang masuk ke tubuh maka akan membuat kotoran menempel pada dinding usus bagian dalam. Kotoran ini bisa menjadi racun yang dapat diserap oleh usus yang menyerap sari dari makanan. Jika racun tersebut memasuki darah, maka akan berakibat fatal bagi organ dalam tubuh karena bisa menyerang jantung, otak, dan organ lain.

Marilah kita manfaatkan momentum puasa Ramadhan ini untuk kegiatan positif, tadarus, membantu orang tua, menghafal Al Qur’an. Meski sedang berpuasa tidak akan berakibat buruk jika melaksanakan secara istiqomah. Lebih-lebih pada bulan Ramadhan kita gunakan untuk menghafal Al Qur’an bisa mempermudah penghafalan.

Maha besar Allah yang telah memerintahkan hambanya untuk berpuasa. Meski penyakit akan menyerang manusia secara tiba-tiba, paling tidak kita dapat mengantisipasi, terutama penyakit berbahaya. Puasa Ramadhan merupakan ibadah wajib dilakukan bagi yang tidak berhalangan. Perintah puasa telah ada pada zaman sebelum Nabi Muhammad SAW.

Disini dapat disimpulkan bahwa Allah sangat memperhatikan makhlukNya dari sisi kesehatan. Jika kita lebih mendekat pada Allah, menjadikan Al Qur’an betul-betul sebagai pedoman, maka kita akan menjadi umat yang beruntung.

Wallahu a’lam bishawab.


*Anggota PR IPM Kendalkemlagi, Karanggeneng, Lamongan
*Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Al Qur’an dan Sains Al Ishlah (STIQSI) Lamongan

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here