Opini

Opini

Opini

Apr 23, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Kunci Suksesnya Adalah Disiplin Diri

Oleh: Cristoffer Veron P*

Bangsa ini sedang menghadapi pandemi Covid-19 sebagai “PR” besar untuk segera dibasmi secara massif dan kolektif. Sebagai bangsa dengan 17.491 pulau, 714 suku, dan 718 bahasa daerah, Indonesia harus mampu bersatu dan bersinergi dalam berperang melawan Covid-19. Hal-hal seperti persiapan pilpres 2024, Muktamar Muhammadiyah ke-48, pilkada, dan lain-lain sementara menyingkir untuk kepentingan manusia lebih besar.

Covid-19 telah menyebabkan manusia dan dunia terisolir. Masyarakat tidak bisa berdikari untuk beraktivitas di luar rumah seperti beribadah, bekerja, dan bersekolah. Derasnya badai penyebaran di Indonesia membuat kurva penambahan terus meninggi. Manusia telah mengetahui sejak awal kemunculan virus ini di Wuhan, China, pada Desember 2019. Kini si corona tak lagi tinggal disana, tetapi telah menyebar di lebih dari 200 negara.

Dunia telah menjadikan musibah luar biasa ini sebagai pengajaran pentingnya mendisiplinkan diri. Para ahli berpendapat, virus ini sebenarnya sangat mudah dibasmi. Ketika masyarakat mengikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan, maka manusia akan terhindar dari penularan dan virus mati dengan sendirinya.

Kunci utamanya adalah manusia. Orang Indonesia memiliki karakteristik berbeda dibandingkan negara lain. Di negara lain masyarakat sangat menghormati dan memathui kebijakan yang ditetapkan pemerintah sebagai garda utama memutus matarantai penyebaran Covid-19. Misalnya Selandia Baru, negara ini terus menunjukkan penurunan angka serangan virus corona.

Maka, kita bisa juga meniru Selandia Baru yang memiliki strategi luar biasa. Salah satunya adalah kedisiplinan masyarakat dalam mematuhi peraturan pemerintah. Antara pemerintah dan masyarakat memiliki hubungan sangat erat. Masyakarat secara kolektif mematuhi peraturan yang ditetapkan dan tidak melanggarnya.

Bagaimana paradigma masyarakat kita? Sangat memprihatinkan. Banyak elemen masyarakat tidak mengindahkan kebijakan dan peraturan pemerintah. Di satu sisi, banyak masyarakat yang mau “menang sendiri”, dan lebih parah lagi sudah mengetahui aturan yang ditetapkan namun tetap melanggar.

Inilah yang menjadikan lamanya masa penyebaran virus di negeri ini. Semakin hari terus menunjukkan eskalasinya, tidak kunjung menurun. Itulah sebabnya mengapa negara ini disoroti WHO mengenai lambatnya penanganan Covid-19. Menurut saya, puncak permasalahan ini bukan di pemerintah, dokter, atau ahli virus, tetapi kedisiplinan manusianya. Semakin disiplin diri, virus ini akan tidak mampu menyebar. Maka, penyadaran kepada masyarakat harus dilakukan dengan sabar dan yakin.

Mampukah masyarakat menjadikan kunci ini sebagai elementer yang utama? Yaitu disiplin. Kepahaman memahami substansi disiplin perlu digelorakan. Bahwa disiplin mengharuskan seseorang untuk mematuhi perintah dan menjauhi segala larangan. Sama dan sebangun dengan “aturan” amar ma’ruf nahi munkar. Disiplin menjadi salah satu hal elementer dalam membangun jati diri orang agar mampu menunjukkan eksistensinya bahwa dirinya termasuk insan yang memiliki kredibilitas tinggi.

Contoh ketidakdisiplinan di lapangan adalah tidak memakai masker, tidak menjaga jarak, tetap berkerumun di pusat perbelanjaan, dan tidak mencuci tangan selepas beraktivitas di luar rumah. Setelah ada satu terkena corona, barulah mereka gaduh. Inilah paradigma masyarakat yang memiliki tabiat ngeyel terhadap berbagai aturan.

Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ketika terjadi wabah maka beliau menginstruksikan manusia agar tidak masuk ke distrik yang terjangkiti wabah. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya: “Tha’un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah SWT untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).

Beliau juga meminta untuk tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain agar penyakit yang dialami tidak menjalar kepada lainnya. “Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain. Siapapun yang membuat suatu bahaya maka Allah akan membalasnya, dan siapapun membuat kesulitan atas orang lain, maka Allah akan menyulitkannya”. (HR. Malik, Daruquthni, Hakim, dan Baihaqi).

Kedisiplinan merupakan kunci utama dalam memberantas penyebaran Covid-19. Kesuksesan tidak lebih dari beberapa disiplin sederhana, yang dipraktikkan setiap hari (Jim Rohn: 1930-2009). Jika kita ingin sukses dalam berperang melawan Covid-19, maka jalan wasyathiyah yang ditempuh hanya dengan disiplin diri. (hr)


*Alumnus SMK Muhammadiyah 1 Yogyakarta

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here